Jumat, 08 Mei 2015

Sahabatmu itu, Baik atau Buruk?




 Kalau kau sadari ternyata kau berada  di tengah-tengah sebuah kelompok yang tanpa henti selalu diam-diam menjelek-jelekkan teman ‘mereka’, catatlah dalam benakmu bahwa mungkin saja mereka melakukan hal yang sama terhdapa dirimu, selagi kau sedang tidak berada di antara mereka.
(Kimberly Kirberger)
***
  Kebaikan atau keburukan seseorang, seperti sebuah sketsa samar yang tidak semua orang bisa menemukan kebenaran maknanya. Ya, kadang-kadang, orang terlihat begitu baik, namun di lain kesempatan, kita jadi terbengong-bengong saat mengetahui orang kita anggap baik itu adalah pelaku kriminal. Atau, sebaliknya. Kadang-kadang kita mengklaim seseorang itu sangat menyebalkan, namun di suatu kesempatan, kita terperangah karena ternyata orang yang di mata kita sangat menyebalkan itu justru penolong kita.

 Jika sudah begini, what’s on tour mind?
Well, tidak mudah memang menilai baik buruknya seseorang. Tapi, walaupun sulit dan terkadang penuh dengan ‘jebakan’, kita tetap harus pandai membaca karakter itu. Sebab, orang yang sudah terlanjur terlibat begitu erat dengan kehidupan kita, apapun itu statusnya, besar kemungkinan akan memberikan inject pola pikir, pola sikap dan pola tutur pada kita.
Suami sangat berpotensi menjadikan istrinya sejalan dengan dirinya dalam hal apapun. Orang tua pun sangat berpengaruh pada proses tumbuh kembang anaknya. Lingkungan juga besar pengaruhnya dalam pembentukan mental, kreativitias, dan kebiasaan seseorang. And of course, seorang yang jadi ‘sahabat’ memiliki andil sangat besar terhadap langkah-langkah hidup sahabatnya tersebut.
Untuk itu, kita harus tahu tipikal orang yang terlibat pertalian cukup dengan kita. Yah, tentu saja, dalam hal ini, kita sedang bicara tentang sahabat.
Kalau kamu sudah punya sahabat, dan kamu mengaku sudah kenal begitu dekat dengannya, ada satu pertanyaan sangat penting yang harus kamu jawab.
Apakah sahabatmu itu, sahabat yang baik atau yang buruk buatmu?
Eh, jangan gegas menjawab dulu, friends! Saya nggak lagi ‘nguber-nguber’ kamu supaya cepat menjawab pertanyaan tersebut. Saya akan ngajakin kamu mikir bersama-sama, supaya kita benar-benar mantap dengan pilihan jawaban kita.
Pertama-tama, sebelum menjawab pertanyaan tersebut, kita kudu tahu kriteria dasar sahabat yang baik itu seperti apa.
Sahabat yang baik adalah mereka yang memberikan stimulus dan respon positif terhadap semua aspek kehidupan kita. Apa saja itu?
Pertama, Sahabat kita mampu membantu di dalam berbagai cara; ia melindungi kita dari hal buruk saat kita lengah, ia melindungi ‘barang’ atau ‘hal’ berharga kita, ia mau membantu kita saat kita punya masalah.
Kedua, Sahabat itu punya simpati dalam segala situasi yang kita alami; ia turut bersedih saat kita bersedih, dia turut gembira saat kita gembira.
Ketiga, Sahabat itu tidak munafik; ia tidak akan membuka rahasia kita pada orang lain, sekalipun orang tersebut memiliki hubungan yang ‘begitu dekat’ dengannya, ia tidak mengkhianati komitmennya, ia tidak mengingkari janjinya, ia juga tidak suka berkata bohong.
Keempat, sahabat itu mengarahkan kita pada kemajuan hidup; ia akan mempengaruhi kita untuk lebih rajin dan gigih mengecar cita-cita, ia memberikan kontribusi pemikiran yang baik terhdapa persoalan hidup kita, dia mengingatkan kita saat kita melakukan hal yang salah, dia menghalangi kita untuk berniat apalagi berbuat jahat, dan ia membagi hal-hal baik yang belum pernah kita ketahui sebelumnya.
Kelima, sahabat bisa mengantarkan kita pada kesadaran spiritual yang lebih baik; mengajak kita tidak meninggalkan ibadah wajib, mengajak kita mengerjakan hal-hal yang sunnah, mengajak kita berbuat baik pada sesama, dan membantu kita menghilangkan penyakit-penyakit hati kita.
Lima kriteria di atas itu kriteria dasar supaya seseorang bisa dinyatakan sebagai ‘sahabat yang baik’. Jika satu komponen saja ada yang ngilang, tentu saja kualitas kebaikan itu akan berkurang.
Terus, yang dimaksud dengan sahabat yang buruk itu gimana?
Pertama, Sahabat itu punya kepentingan berorientasi negatif; untuk memanfaatkan, untuk menipu, untuk diperas, untuk direbut ‘hal’ berharga milik kitanya,
Kedua, sahabat itu tidak visioner ; ia selalu membicarakan masa lalu dan tidak berguna, ia selalu menakit-nakuti kita akan sesuatu yang baik namun belum kita kerjakan, , ia selalu mengajak kita melakukan hal-hal yang sama sekali tidak penting, ia selalu mengajak kita lari dari tanggungjawab dan memilih untuk memuaskan kesenangan kita saja.
Ketiga, sahabat itu munafik ; ia gemar berkata bohong, dia selalu ingkar janji, dia berkhianat, dia membuka aib kita saat dia tidak sedang bersama kita, jika kita berbuat jahat, ia akan setuju dan membenarkannya,
Keempat, sahabat yang mengajak kita ke jurang kehancuran; ia mengajak kita untuk mengkonsumsi barang-barang haram, dia mengajak kita berbuat maksiat, ia membuat kita melekat untuk mengejar kenikmatan sesaat, dia mengajari kita berfikir instan dan tak menghargai proses, dia melibatkan kita pada  kegiatan-kegiatan tidak terpuji, dan lain sebagainya.
Kelima, sahabat itu menjauhkan kita dengan Tuhan; dia memberi paham kesesatan, dia merangsang kita untuk selalu malas, bahkan lalai menunaikan kewajiban kita, dia menertawakan kita atau mengatasi kita soak alim tatkala kita menjalankan kewajiban kita sebagai seorang muslim, dan lain sebagainya.
Nah, dari kriteria dasar sahabat baik dan sahabat buruk di atas, kita mulai bisa tahu, sahabat mana yang baik untuk kita, dan sahabat mana yang tidak baik untuk kita. Eits, jangan anggap krietaria di atas sebagai tuntutan, ya. Entar timbul opini, “Gila, mau bersahabat aja tuntutannya banyak beneeerr….!!”
Itu bukan tuntutan, friends, Sebenarnya, itu adalah dasar attitude yang wajib dimiliki siapa saja. Dalam Islam, ajaran kebaikan yang ada dalam lima kriteria di atas diajarkan dan diserukan untuk kita, kok! Ya elah, namanya juga kita ini orang islam. Masak, sih, sikap nggak ada baik-baiknya? Memenuhi lima kriteria di atas aja masih keberatan. Yang katanya tuntutan terlalu berat, kek, yang katanya jadi orang baik  nggak gitu-gitu amat, kek, bla…bla…bla…
Kalau pengen jadi orang yang berkualitas, jangan ragu untuk menjadikan seluruh komponen kedirian kita berkualitas juga, dong! Kalau berbuat baik sama orang, ya…jangan setengah-setengah. Apalagi kalau itu buat sahabat kita. Ibarat rumah, bikin pondasi awal emang ribet, tapi ya harus dilakukan, supaya bangunan rumah bisa dilanjutkan dan terbangun dengan baik. Masak bikin pondasi aja dilewatin? Gimana bisa jadi tuh bangunan rumah?
Dalam surat Al-Mukminun ayat 57-61 disebutkan :
(57). Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka,
(58). dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka,
(59). dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun),
(60). dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka,
(61). mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.
Jelas, kan?
Nggak ada ruginya, friends, kita berbuat baik. Terlepas perbuatan baik kita itu mendapat cibiran atau celaan, itu sama sekali bukan urusan kita. Yang penting, kita sudah menjalankan tugas kita untuk berbuat baik, selesai. Semua Allah yang menilai. Nggak perlulah kita pusing-pusing mikirin orang yang terus merasa ‘keberatan’ dengan kebaikan kita. Sebab, orang macam begitu sebenarnya adalah orang yang bertolak belakang dengan kebaikan itu sendiri.
Okey, okey, okey, kita kembali lagi pada kriteria baik dan buruknya sahabat tadi.
Jadi gini, setiap orang Islam yang hidup di dunia ini, punya tugas untuk beribadah dan berbuat baik. It’s just our job! ‘Cuma’ itu kewajiban kita. Yaah…sebenarnya tugas itu kelihatannya emang ‘cuma’ sih, tapi sebenarnya cakupannya banyaaakkk banget (hehehe). Nggak hanya cakupannya, tanggungjawabnya juga banyaaakkk banget… Waduh, kalau cakupan sama tanggungjawabnya banyak, berarti tugas kita sejatinya nggak hanya ;Cuma’, tapi emang bener-bener berat, dong!
(Nepuk jidat!)
But, heeyy, sudahlah! Kita nggak perlu mendramatisir pikiran kita soal tugas ‘Cuma’ atau tugas berat itu, deh. Gini, deh, namanya orang hidup, ya emang begitu kerjaannya. Mau santai-santai aja, ya eman-eman umur, kan? Selagi ada kesempatan buat ngumpulin amal baik, why don’t we do? 
Jangan banyak mikir yang enggak-enggak, deh. Biasa aja, maksud saya. Toh, semua kriteria baik di atas itu tujuannya juga baik. Kalau tujuan itu udah baik, kita juga yang mereguk manisnya.
Jadi, mulai sekarang, cermati, cermati, cermati. Sahabatmu itu masuk orang berkriteria mana? Yang baik, apa yang buruk?
Catat nih, ya, tak ada seorang sahabatpun di dunia ini yang ingin berbuat buruk untuk sahabatnya. Jika ada, dia bukanlah sahabat, sekalipun ia mengaku dirinya adalah sahabat.
Sebab sahabat itu terdiri dari telinga yang mau mendengar, tangan yang mau menolong, kaki yang mau mengajak berlari menjemput asa, dan hati yang menenteramkan.
So, jangan kedepankan emosi melankolismu, ya? Kali ini, kita harus bisa berifkir se-rasional mungkin, sejernih mungkin, dan sehati-hati mungkin. Kita nggak mau dong, hidup kita hancur gara-gara kita salah percaya orang? Pilihlah orang terbaik untuk jadi sahabatmu. Jangan sampai, orang yang seharusnya jadi musuhmu, justru kau jadikan sahabatmu. Musuh dalam arti orang yang siap menjerumuskanmu ke dalam lubang kesesatan, penderitaan atau maksiat.
Abraham Lincoln pernah berkata, Sebagian besar orang hampir sebahagia yang mereka pikirkan. Maksudnya, kebahagiaan hidup kita tidak ditentukan oleh apa yang terjadi pada hidup kita, tetapi oleh cara kita bereaksi terhadap yang terjadi.[1] 
Jangan mudah jadi bebek, ya! Kalau sahabat kita melakukan tindakan-tindakan menyimpang atau tercela, jangan lantas, atas nama sahabat, maka kita harus mengikutinya. Apalagi, jika dia meminta kita terlibat melakukannya. Bereaksilah, dan putuskan segera apa yang harus kita lakukan. Akankah kita menghabiskan seluruh hidup kita bersama orang yang gemar bersikap tercela? Jika kita masih saja membenarkan perbuatan tercela itu, entah dengan alasan kita belum juga tersadar atau sengaja tidak mau tersadar, maka jangan heran, jika kelak, secara bertahap namun pasti, kita pun akan menjadi pelaku perbuatan tercela.
Nggak pengen dong itu terjadi pada kita?
Seharusnya, kalau memang tahu sahabat kita melakukan hal yang menyimpang dari syari’at Islam, maka sebagai sahabat yang baik, kita harus mengingatkannya. Sebisa mungkin, kita tarik dia dari kesalahannya dan membantunya menemukan jalan yang benar.
Namun, jika ia enggan, sudahlah…tak usah terlalu bermelankolis. Dia bukanlah sahabat kita yang baik. Buktinya, ajakan tulus kita menuju kebaikan ditolaknya. Apa yang harus kita pertahankan dari hubungan persahabatan semacam ini? Daripada kita yang kena virus buruknya, mending kita cepat-cepat menjauhinya.
Rasulullah pernah bersabda, “Seseorang ada di atas agama temannya, maka hendaknya salah seorang kalian meneliti siapa yang dijadikan sebagai temannya.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)[2]
 Hadist itu bener banget. Kita harus teliti dulu, siapa yang bakal jadi sahabat kita. jangan sampai, orang udah jelas-jelas jahat, masih aja digebet jadi sahabat? Emang dunia selebar daun kelor? Milyaran orang di seluruh dunia begini banyak yang baik, kok malah nyari yang jahat? Tuh, akal masih berfungsi, kan?
Ada-ada aja sih…(Sambil ketawa-ketawa sendiri)
Well, whatever it is, sahabat terbaik kita harusnya adalah orang-orang yang membantu kita untuk terus berada pada haluan yang benar dan mengoreksi kita sewaktu kita akan melakukan hal-hal yang tidak bijaksana. Sebagaimana firman Allah  dalam surat Ali Imron ayat 118 :Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.”

So, carefully for choosing a friend! Jangan sembarangan milih sahabat, deh! Buang sampah saja nggak boleh sembarangan, apalagi milih temen. (Lho, apa hubungannya? Hehehe).
Pilih yang baik, ya. Pilih yang menguntungkan buat dunia dan akhiratmu. Yang bikin onar, bikin ribet, bikin reseh, bikin mudhorot, jangan  dipilih, deh. Ngapain juga ngorbanin banyak hal untuk orang yang nggak merasa bahagia dengan derita dan kesusahan yang menimpa kita. Ngapain juga kita menghamba-hamba pada orang yang jelas-jelas membenci kita.
Ada Sebuah hadist dari Abu Hurairah ra, yakni Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh penipuan, dimana pendusta dibenarkan, sedangkan orang jujur didustakan, pengkhianat dipercaya, sedangkan orang amanat dianggap pengkhianat. (HR. Ibnu Majah)
Kita tidak perlu menjadi bagian dari orang yang membenarkan kesalahan atas nama persahabatan.
Itu
Kepribadian seseorang dapat dikenali dari sahabat-sahabat dekatnya. Ada baiknya jika kita mempertimbangkan, bagaimana sahabat itu memperlakukan kita tetapi juga bagaimana ia memperlakukan orang lain, khususnya orang yang tidak memberi mereka keuntungan. Jika ia memang memperlakukan orang-orang yang tidak menguntungkan mereka dengan baik, berarti, pada kita, sahabatnya, ia pun akan melakukan hal jauh lebih baik.
Untuk mengenal sifat sejati seseorang memang nggak gampang. Butuh proses yang menuntut kita untuk selalu bersabar, terampil, cermat, peka, dan cerdas. But, that’s the challenge! Ketika kita bisa melakukan seleksi itu, maka kita akan mendapatkan hasil terbaik untuk hidup kita.
Sebab, ujian tersulit dari sebuah hubungan adalah untuk tidak bersepakat namun tetap bergandengan tangan. Seperti peringatan dalam sebuah hadits, “Seseorang ada di atas agama temannya, maka hendaknya salah seorang kalian meneliti siapa yang dijadikan sebagai temannya.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud )
 Alangkah bahagianya jika kita punya sahabat yang bener-bener bisa membuat kehidupan kita lebih baik, lebih baik, dan terus lebih baik. Itu adalah sahabat ideal yang mengagumkan!
Dalam kita Ukhwatul Ni’mah, Seorang sahabat Nabi, yakni Ibnu Hibban,  pernah berkata, “Empat hal yang termasuk kebahagiaan seseorang: Istri yang senantiasa taat kepadanya, anak-anak yang shalih, teman-teman yang baik, dan rezekinya di negerinya.”
Gimana, apakah sahabatmu itu baik atau burukmu?


*Nyuplik Buku Arti Sahabat, 2015.

1 komentar:

  1. What is the Best Casino Site 2021 - Lucky Club
    Best luckyclub Live Casino · 1. Spin Casino, · 2. Caesars Palace, · 3. Caesars Palace, · 4. InterTops Casino, · 5. Spin Casino, · 6.

    BalasHapus